JAKARTA—Forum Perpustakaan Umum Indonesia (FPUI) bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI kembali menyelenggarakan Seminar Nasional dan Workshop pada tanggal 21-23 Oktober 2008 di Hotel Grand Cempaka, Cempaka Putih Jakarta Pusat. Acara dengan tema Revitalisasi Perpustakaan Umum Menuju Perpustakaan Moder, Terkoneksi, dan Bersahabat tersebut dibuka oleh Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan H. Supriyanto.
Menurut Ketua FPUI Hj. Tuti Muliaty dalam laporannya seminar dan workshop ini diharapkan akan memberi kesempatan bagi komunitas FPUI dan perpustakaan umum lainnya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan berkaitan dengan masalah pemasaran atau promosi perpustakaan serta solusi tentang desain arsitektur perpustakaan umum yang modern. Peserta yang hadir lebih dari 120 orang Kepala Badan/Kantor Perpustakaan Umum dari seluruh Indonesia.
Pembicara dalam seminar adalah Rhenald Khasali (Pakar Pemasaran), Arief Suditomo (Pemimpin Redaksi RCTI/praktisi media), dan Paramita Atmodiwirjo (Ikatan Arsitektur Indonesia) dengan moderator Tina Talisa presenter TVOne. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas dalam sambutannya menyatakan perpustakaan umum sebagai salah satu pusat sumber daya informasi, sumber pengetahuan, sarana penelitian, rekreasi serta pelestarian khasanah budaya bangsa sudah seharusnya menerapkan teknologi informasi sebagai kebutuhan bagi pengelolaan perpustakaan agar dapat memberikan layanan informasi bahan pustaka bagi semua lapisan masyarakat atau pemustaka.
Sedangkan H. Supriyanto dalam sambutannya mengatakan selain harus memiliki koleksi yang memadai, dan teknologi infromasi, perpustakaan umum juga perlu menjalin interaksi jejaring antar perpustakaan, karena dengan jejaring ini akan membuat penyelenggaraan perpustakaan yang efisien. “Sebuah perpustakaan yang telah terkoneksi jejaring dalam skala yang besar akan menciptakan sesuah sumber daya informasi yang mampu memberikan layanan seluruh informasi jejaring secara cepat, tepat, dan murah,” katanya. Layanan demikianlah yang menjadi impian masyarakat untuk mendapat kesempatan memperoleh informasi, sumber data yang lebih lengkap, ujar Supriyanto menegaskan.
Kehadiran Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan memperkuat posisi, peran dan keberadaan perpustakaan. Perpustakaan Umum sebagai salah satu bentuk perpustakaan yang melayani masyarakat umum selayaknya dapat menyesuaikan isinya, dengan mengikuti perkembangan kemajuan pengetahuan dan teknologi. Begitu juga para pengelolanya dituntut untuk selalu meningkatkan profesionalisme dengan mau belajar trehadap hal-hal yang baru, mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam rangka memberikan layanan informasi kepada pemustaka secara profesional.
FPUI yang anggotanya terdiri atas berbagai perpustakaan umum di Indonesia dibentuk pada tanggal 3-4 Juli 2003 di Bogor Jawa Barat. FPUI adalah wadah kerjasama antar perpustakaan umum dalam meningkatkan layanan informasi dan bahan pustaka serta meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan kepada masyarakat. FPUI merupakan sharing knowledge bagi anggota forum perpustakaan umum dan masyarakat pemerhati pengembangan perpustakaan.
Sementara Rhenald Kasali seorang ahli manajemen pemasaran, prilaku konsumen, komunikasi dan strategi dalam pemaparannya mengatakan kemampuan menjual, memasarkan perpustakaan harus dimiliki oleh seorang pustakawan. Karena seorang pustakawan yang peduli akan pekerjaannya tentunya tidak akan tinggal diam, harus aktif, mencari terobosan, mencari solusi. “Saya seorang dosen, tentu tidak lepas dari sumber referensi, sumber bacaan, makanya saya peduli dengan buku-buku yang sebagai sumber bacaan saya,” ujarnya. Kemampuan membaca ini, katanya, ditularkan kepada keluarganya, pokoknya tidak ada waktu kosong yang terabaikan tanpa membaca. Bahkan saat ini ia mendirikan Komunitas Manca Jati Murni (Rumah Baca) atau taman bacaan di lingkungan tempat tinggalnya, yang ia berinama Rumah Baca. Koleksinya tidak kurang dari 5000 eksemplar dengan berbagai judul, bahkan ia bangga sekali kepada istrinya yang sangat mendukung. “Sekarang ini istri saya yang sepenuhnya mengelola Rumah Baca berikut aktivitas lainnya seperti berkebun, posyandu, pendidikan anak usia dini, mendongeng, kegiatan berbagai lomba (mendongeng, mengarang, mneggambar), dan lain-lain, dengan dibantu oleh 2 karyawan dan ibu-ibu sekitar tempat tinggal kami,” kata Ketua Umum Forum Masyarakat Komunikasi itu. Jadi inti dari pemasaran perpustakaan adalah: tetapkan sasaran dan pelajari perilakunya, produk (buku, mainan, tempat, lokasi), promosi dan komunikasi (aktif, mendatangi sekolah-skolah, spanduk, selebaran), events (selebriti mendongeng, peragaan busana, gathering, dll.), price (free of xharge, membersehip, harus bersih, tertib petugas), petugas (dilatih, dibentuk, selektif), sumbangan (dibantu media, penerbit, komunitas). seorang pustakawan, yaitu peduli. Kalau peduli kepada pekerjaannya, perpustakaan dan minat baca masyarakat Indonesia akan mengalami perubahan yang drastis.
Selain itu, menurut Arif Suditomo perpustakaan umum harus mengubah image. Image penting bagi perubahan paradigma. Kemajuan teknologi yang sangat mendukung untuk mengubah paradigma lama perpustakaan. Perpustakaan tidak lagi dikatakan sebagai gudang buku, tempat yang sepi, dengan rak-rak dan buku-buku yang berdebu, petugasnya ‘jutek’ dan lain sebagainya. Image ini harus diubah. Hal yang sama diungkap Paramita Atmodiwirjo dari Ikatan Arsitektur Indonesia, bahwa perpustakaan harus lebih menarik desainnya, agar memberi pemandangan yang indah ketika pengunjung datang, karena awal dari ketertarikan masyarakat untuk datang ke perpustakaan selain isinya (koleksi) adalah kenyamanan dan keindahan suasana lingkungan perpustakaan itu sendiri.***
0 komentar:
Posting Komentar